Laman

profilku

profilku

Selasa, 14 Desember 2010

SYAMSI SITE, Widyaiswara: Taksonomi Bloom

SYAMSI SITE, Widyaiswara: Taksonomi Bloom: "TAKSONOMI SECARA HIRARKIS DOMAIN MENURUT B.S. BLOOM 1. Domain Kognitif 2. Domain Afektif 3. Domain Psikomotorik PENGERTIAN MASING-MASI..."

Taksonomi Bloom

TAKSONOMI SECARA HIRARKIS DOMAIN MENURUT
B.S. BLOOM


1. Domain Kognitif

2. Domain Afektif

3. Domain Psikomotorik

PENGERTIAN MASING-MASING ASPEK
DOMAIN BLOOM

1. Domain Kognitif

a. Pengetahuan (Knowledge)
Meliputi akan hal-hal yang pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan, yang bisa digali pada saat dibutuhkan melalui bentuk mengingat kembali. Hal itu dapat meliputi metode, kaidah, prinsip, dan fakta. Contoh untuk tujuan instruksional khusus dapat dirumuskan sebagai berikut. Siswa akan mampu memberikan rumus luas lingkaran; siswa akan mampu menunjukkan bagaimana benua Afrika dibagi ke dalam koloni-koloni.
b. Pemahaman (Comprehension)
Meliputi kemampuan untuk menangkap arti dari mata pelajaran yang dipelajari. Kemampuan ini dinyatakan dalam menguraikan isi pokok dari suatu bacaan. Misalnya, siswa akan mampu untuk menguaraikan dengan kata-katanya sendiri materi cerpen mata pelajaran Bahasa Indonesia.
c. Penerapan (Aplication)
Meliputi kemampuan untuk mencrapkan suatu kaidah atau teori dan teknik menyelesaikan masalah kehidupan yang nyata pada suatu kasus atau problem yang konkret dan baru. Ini meliputi penerapan dalam hal-hal seperti aturan, metode, konsep, prinsip, dan teori. Misalnya, menerapkan konsep dan prinsip dalani situasi baru; nienerapkan htikiini daii teori pada situasi yang praktis: menyelesaikan masalah matematika: mendemonstrasikan penggunaan metode atau prosedur yang benar. Contoh: dengan menggunakan pengetahuan tentang hubungan antara temperatur dan tekanan, siswa disuruh menerangkan mengapa sebuah balon menjadi lebih besar pada hari yang panas daripada hari yang dingin; siswa akan mampu menghitung jumlah liter cat yang dibutuhkan untuk suatu ruang dan berapa besar biaya yang akan dikeluarkan. Data mengenai luas ruang, harga cat per kaleng yang berisi 2 liter disajikan. Hasil belajar dalam bidang ini memerlukan pengertian yang lebih tinggi daripada pemahaman.
d. Analisis (Analysis)
Meliputi kemampuan untuk memilah bahan ke dalam bagian-bagian atau menyelesaikan sesuatu yang kompleks ke bagian yang lebih sederhana sehingga struk dalam bagian-bagian atau menyelesaikan sesuatu yang kompleks ke bagian yang lebih sederhana sehingga struktur organisasi dapat dimengerti. Misalnya, mengidentifikasi bagian-bagian; menganalisis hubungan antara bagian; mengenal ptinsip-prinsip organisasi yang terlibat; membedakan antara fakta dan kesimpulan; menilai relevansi data. Contoh: siswa mampu mengidentifikasi bagian dari suatu kalimat. Hasil belajar di sini mewakili tingkat intelektual yang lebih tinggi daripada pemahaman dan penerapan, karena klasifikasi analisis ini mernerlukan isi dan bentuk struktur bahan.
e. Sintesis (Shyntetis)
Meliputi kemampuan untuk meletakkan bagian bersama-sama ke dalam bentuk keseluruhan yang baru. Bagian-bagian ini dihubungkan satu sama lain sehingga tercipta suatu bentuk baru. Misalnya, suatu perencanaan dari suatu proyek (proposal penelitian). Hasil belajar dalam klasifikasi sintesis ini adalah penekanan pada kreativitas, dengan penekanan utama pada rumusan pola-pola baru atau struktur.
f. Evaluasi (Evaluation)
Meliputi kemampuan untuk mempertimbangkan nilai bersama dengan pertanggungjawaban berdasarkan kriteria tertentu. Ini meliputi kriteria internal dan eksternal. Kemampuan ini dinyatakan dalarn memberikan penilaian terhadap sesuatu, seperti pengguguran kandungan berdasarkan nilai moralitas. Hasil belajar dari klasifikasi evaluasi ini adalah yang paling tinggi dalarn hierarki kognitif, karena berisi unsur-unsur dari sernua kategodri-kategori yang lain, ditambah kesadaran akan nilai pertimbangan yang berdasarkan kriteria yang betul-betul jelas.
Sumber: Sri Esti Wuryani djiwandono. 2002. Psikologi Pendidikan. Edisi revisi. Jakarta: PT. Grasindo (Halaman 211-216)

a. Pengetahuan (Knowledge)
Meliputi kemampuan mengetahui dan Mengingat, menyebutkan, menuliskan, menyatakan, mengurutkan, mengidentifikasikan, mendefinisikan, mencocokkan, menamai, dan menggambarkan.
b. Pemahaman (Comprehension)
Meliputi kemampuan menerjemahkan, mengubah, menggeneralisasikan, menguraikan (dengan kata-kata seridih), menulis ulang (dengan kalimat sendiri), meringkas, membedakan (di antara dua), mempertahankan, menyimpulkan, berpendapat,dan menjelaskan.
c. Penerapan ide(Application)
Meliputi kemampuan mengoperasikan, menghasilkan mengubah, mengatasi, menggunakan, menunjukkan, mempersiapkan, dan menghitung.
d. Kemampuan Menguraikan(Analysis)
Meliputi kemampuan menguraikan satuan menjadi unit-unit terpisah, membagi satuan menjadi bagian-bagian, membedakan antara dua yang sama, dan memilih.
e. Unifikasi (Synthesis)
Meliputi kemampuan merancang, merumuskan, mengorganisasikan, mengkompilasikan, mengkomposisikan, membuat hipotesis, dan merencanakan.
f. Menilai (Evaluation)
Meliputi kemapuan mengkritisi, menginterpretasi, dan membedakan penilaian.
Sumber: Noor Fuad dan Gofur Ahmad. 2009. Integrated HRD (human Resources development). Jakarta: PT. Grasindo (Halaman 27-28)

a. Pengetahuan
Tingkah laku dalam tingkat pengtahuan ini mencakup ingatan akan hal-hal yang pernah dipelajari dan disimpan dalarn ingatan berupa fakta, kaidah dan prinsip sena metode yang diketahui. Pengetahuan yang disimpan dalam ingatan dapat dipanggil disaat dibutuhkan melalui bentuk ingatan mengingat (recall) atau mengenal kembali (recognition). Kata kerja operasional yang merupakan tingkah laku pengetahuan adalah menyebutkan, mengidentifikasikan, menjodohkan, menyatakan, menunjukkan, memilih, menggarisbawahi, mendefinisikan dan sebagainya.
b. Pemahaman
Tingkah laku pada tingkat pemahaman ini mencakup kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari. Kemampuan ini dinyatakan dalam menguraikan isi pokok dari suatu bacaan, mengubah data yang disajikan dalam bentuk tertentu ke bentuk yang lain, membuat perkiraan tentang kecenderungan yang tampak dalam data tertentu. Kemampuan ini setingkat lebih tinggi dari kemampuan pengetahuan. Kata kerja operasional yang merupakan tingkah laku pemahaman adalah menerangkan, menjelaskan, menguraikan. merumuskan, meramalkan, memperkirakan. mengubah. merangkum, meringkas, mengembangkan. menggantikan dan sebagainya.

c. Penerapan
Tingkah laku pada tingkat penerapan mencakup kemampuan untuk menerapkan suatu kaidah atau metode bekerja pada suatu kasus atau problem yang konkret dan baru. Kemampuan ini dinyatakan dalam aplikasi suatu rumus pada persoalan yang belum dihadapi atau aplikasi suatu metode kerja pada pemecahan problem baru. Kernampuan ini setingkat lebih tinggi dari kemampuan pemahaman, karena dituntut kemampuan menerapkan. Kata keria operasional karena dituntut kemampuan menerapkan. Kata kerja operasional yang merupakan tingkah laku pada tingkat penerapan adalah menghitung, menghubungkan, menemukan, menyediakan, menghasilkan, menyikapi, menyesuaikan dan sebagainya.
d. Analisis
Tingkah laku pada tingkat analisis ini mencakup kemampuan untuk menerima suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian, sehingga struktur keseluruhan atau organisasinya dapat dipahami dengan baik. Kemampuan ini setingkat lebih tinggi dari kemampuan penerapan, karena tingkah laku pada tingkat analisis ini mencakup kemampuan untuk menerima suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian, sehingga struktur keseluruhan atau organisasinya dapat dipahami dengan baik. Kemampuan ini setingkat lebih tinggi dari kemampuan penerapan, karena sekaligus harus ditangkap adanya kesesuaian dan perbedaan antara sejumlah hal. Kata kerja operasional yang merupakan tingkah laku pada tingkat analisis adalah memisahkan, membagi, menunjukkan hubungan antara, menerima dan sebagainya.
e. Sintesis
Tingkah laku pada tingkat sintesis ini mencakup kemampuan untuk membentuk suatu kesatuan atau pola baru. Bagian-bagian dihubungkan satu sama lain, sehingga tercipta suatu bentuk baru. Kemampuan ini setingkat lebih tinggi dari kemampuan analisis, karena dituntut menemukan pola dan struktur organisasi. Kata kerja operasional yang merupakan tingkah laku pada tingkat sintesis ini adalah mengkombinasikan, mengatur, menciptakan, merangkaikan, membuatkan, mengarang, menyusun kembali, menggolongkan dan sebagainya.
f. Evaluasi
Tingkah laku pada tingkat evaluasi ini mencakup kemampuan laku pada tingkat evaluasi ini mencakup kemampuan untuk membentuk suatu pendapat mengenai sesuatu atau beberapa hal, bersama dengan pertanggungjawaban pendapat itu, yang berdasarkan suatu kriteria tertentu. Kemampuan ini merupakan tingkatan tertinggi, karena mencakup semua kemampuan dari tingkat pengetahuan sampai dengan tingkat sintesis. Kata kerja operasional yang merupakan tingkah laku evaluasi adalah membahas. menilai, membedakan, menolak,, mendukung, menafsir, memperbandingkan, memberikan alasan, menyimpulkan, membuktikan, memilih antara dan sebagainya.

Sumber: Drs. Ign. Masidjo. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa Di Sekolah. Yogyakarta: Kanisius (Halaman 92-97)

2. Domain Afektif

a. Penerimaan (Receiving)
Kesediaan siswa untuk memperhatikan rangsangan atau stimuli (kegiatan kelas, musik, buku ajar). Misalnya, mendengarkan dengan sungguh-sungguh; menunjukkan kesadaran akan pentingnya belajar: menunjukkan sensitivitas terhadap kebutuhan manusia dan masalah sosial; menerima perbedaan ras dan kebudayaan; aktif terhadap kegiatan kelas. Hasil belajar dalam klasifikasi ini masih dalam bentuk pasif. Contoh: saya bersedia untuk membantu para pengungsi di Sampit. Penerimaan mewakili tingkat yang paling rendah dari hasil belajar dalam domain afektif.
b. partisipasi (Responding)
Aktif berpartipasi dalam suatu kegiatan. Pada tingkat ini, siswa tidak hanya menghadiri suatu kegiatan, tetapi juga bereaksi terhadap sesuatu dengan beberapa cara. Hasil belajar dalam domain partisipasi ini menekankan persetujuan tanpa protes dalam rneresrmns. Misalnya, membaca dengan suara nyaring bacaan yang ditunjuk; menunjukkan minat terhadap buku yang ditawarkan; berpartisipasi dalam diskusi kelas; sebagai sukarelawan dalam tugas khusus; menunjukkan minat dalam mata pelajaran; mengikuti aturan-aturan sekolah. Dalam TIK dirumuskan: siswa berpartisipasi dalam kegiatan ulang tahun sekolah dengan mengambil bagian dalam bermain drama.
c. Penilaian atau penentuan sikap (Valuing)
Meliputi kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap sesuatu dan membawa diri sesuai dengan penilaian itu. Kemampuan itu dinyatakan dalam suatu tindakan atau perkataan, seperti menghargai peranan ilmu pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari, menunjukan perhatian terhadap kesejahterahan orang lain, menunjukkan komitmen terhadap perbaikan sosial. Basil belajar dari domain penilaian ini adalah tingkah laku yang konsisten dan cukup stabil dengan sikap batin, seperti mengungkapkan pendapat positif tentang pameran lukisan anak-anak, atau ceramah tentang pendidikan seks atau narkoba. Pendapat ini akan diulang jika ada kesempatan lain. Contoh: “Saya percaya pentingnya tanggung jawab sebagai warganegara dalam masyarakat kita". Ucapan ini dinyatakan dalam tindakan seperti ikut ambil bagian sebagai panitia pemilihan umum dan membayar pajak.
d. Organisasi (Organization)
e. Pembentukan pola hidup (Characterization by a value or a value complex)

Sumber: Sri Esti Wuryani djiwandono. 2002. Psikologi Pendidikan. Edisi revisi. Jakarta: PT. Grasindo (Halaman 211-216)

a. Penerimaan (Receiving)
Meliputi kemampuan mempercayai (sesuatu atau seseorang untuk dikub), memilih (seseorang atau sesuatu untuk diikuti), mengikuti, bertanya (untuk diikuti), dan mengalokasikan.
b. Tanggapan (Responding)
Meliputi kemampuan mengkonfirmasi, memberi jawaban, membaca (pesan-pesan), membantu, melaksanakan, melaporkan, dan menampilkan.
c. Penanaman Nilai (Valuing)
Meliputi kemampuan menginisiasi, mengundang (orang untuk teribat), teribat, mengusulkan, dan melakukan.
d. Pengorganisasian (Organization)
Meliputi kemampuan memverifikasi nilai-nilai, menetapkan beberapa pilihan nilai, mensintesiskan (antarnilai), mengintegrasikan (antarnilai), menghubungkan (antarnilai), mempengaruhi (kehidupan dengan nilai-nilai).
e. Karakteristik Kehidupan (Characterization)
Meliputi kemampuan menggunakan nilai-nilai sebagai pandangan hidup (worldview), serta mempertahankan nilai-nilai yang sudah diyakini.

Sumber: Noor Fuad dan Gofur Ahmad. 2009. Integrated HRD (human Resources dvelopment). Jakarta: PT. Grasindo (Halaman 27-28)

a. Penerimaan
Tingkah laku dalam tingkat penerimaan ini mencakup kepekaan akan adanya suatu perangsang dan kesediaan untuk memperhatikan rangsangan itu. Kesediaan ini dinyatakan dalam memperhatikan sesuatu, namun perhatian ini pasif. Kata kerja operasional yang merupakan tingkah laku pada tingkat penerimaan adalah menyatakan, menjawab, memberi, melanjutkan, mengikuti, menanyakan, dan sebagainya.
b. Partisipasi
Tingkah laku pada tingkat partisipasi mencakup kerelaan untuk memperhatikan secara aktif dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan. Kesediaan ini dinyatakan dalam memberikan reaksi terhadap rangsangan yang disajikan. Kata kerja operasional yang merupakan tingkah laku pada tingkat partisipasi adalah menolong, membantu, menyambut, menawarkan diri, melaporkan, menyelesaikan, membawakan. menyumbangkan, menampilkan, mendatangi, dan sebagainya.
c. Penilaian atau penentuan sikap
Tingkah laku pada tingkat penilaian atau penentuan sikap ini mencakup kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap sesuatu dan membawa diri sesuai dengan penilaian itu. Oleh karena itu, perlu mulai dibentuk sikap menerima, menolak atau mengabaikan yang sesuai dan konsisten dengan sikap batinnya. Kemampuan ini dinyatakan dalam perkataan, perbuatan dan perlu dibina satunya perkataan dan perbuatan. Kata kerja operasional yang merupakan tingkah laku pada tingkat penilaian atau penentuan sikap adalah ikut serta melaksanakan, mengusulkan, membenarkan, mengambil prakarsa, membela, mengajak. menyatakan pendapat, mengundang, menentukan, dan sebagainya.
d. Organisasi
Tingkah laku pada tingkat organisasi ini mencakup kemampuan untuk membentuk suatu sistem nilai sebagai pedoman hidup. Nilai-nilai yang diakui dan diterima ditempatkan pada suatu skala nilai mana yang pokok dan mana yang tidak begitu penting. Kemampuan ini dinyatakan dalam mengembangkan suatu perangkat nilai, seperti menyusun rencana kerja masa depan atas dasar kemampuan belajar, minat dan cita-cita hidup. Kata kerja operasional yang merupakan tingkah laku pada tingkat organisasi adalah melengkapi, mengatur, menyusun, menyamakan, mengintegrasikan, menyempurnakan, menyusun, menyamakan, menyempurnakan, menghubungkan, merumuskan, mengubah dan sebagainya.
e. Pembentukan pola hidup
Tingkah laku pada tingkat pembentukan pola hidup ini mencakup kemampuan untuk menghayati nilai-nilai kehidupan sedemikian rupa, sehingga menjadi milik pribadi (internalisasi) dan menjadi pegangan nyata dan jelas dalam mengatur kehidupan sendiri. Kemampuan ini dinyatakan dalam pengaturan hidup di berbagai bidang. Kata kerja operasional yang merupakan tingkah laku pada tingkat pembentukan pola hidup adalah mempertimbangkan, memperlihatkan, melayani, menyatakan, mempraktikkan, mempersoalkan, dan sebagainya.

Sumber: Drs. Ign. Masidjo. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa Di Sekolah. Yogyakarta: Kanisius (Halaman 92-97)

3. Domain Psikomotorik (Psychomotoric Domain), yang terdiri atas:

a. Persepsi
Tingkah laku dalam tingkat persepsi ini mencakup kemampuan untuk mengadakan diskriminasi yang tepat antara dua perangsang atau lebih, berdasarkan pembedaan antara ciri-ciri fisik yang khas pada masing-masing rangsangan. Kemampuan ini dinyatakan dalam suatu reaksi yang menunjukkan kesadaran akan hadirnya rangsangan dan pembedaan antara rangsangan-rangsangan yang ada. Kata kerja operasional yang merupakan tingkah laku pada tingkat persepsi adalah menyisihkan, mempersiapkan, dan sebagainya.
b. Kesiapan
Tingkah laku pada tingkat kesiapan ini mencakup kemampuan menempatkan dirinya dalam keadaan dalam memulai sesuatu gerakan atau rangkaian gerakan. Kemampuan ini dinyatakan dalam bentuk kesiapan jasmani atau mental sebelum suatu kegiatan dilakukan. Kata kerja operasional yang merupakan tingkah laku pada tingkat kesiapan adalah mengawali, memprakarsai, menanggapi, memulai, mempertunjukkan. bereaksi, dan sebagainya.
c. Gerakan terbimbing
Tingkah laku pada tingkatakan terbimbing ini mencakup kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak-gerik sesuai dengan contoh yang diberikan. Kemampuan ini dinyatakan dalam menggerakkan anggota tubuh menurut contoh yang diperlihatkan atau diperdengarkan. Kata kerja operasional yang merupakan tingkah laku pada tingkat gerakan terbimbing adalah mengerjakan, mencoba, memasang, mengikuti, membuat, memainkan, dan sebagainya.
d. Gerakan terbiasa
Tingkah laku pada tingkat gerakan terbiasa ini mencakup kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak-gerik dengan lancar, karena sudah dilatih sepenuhnya. tanpa memperlihatkan lagi contoh yang diberikan. Kemampuan ini dinyatakan dalam menggerakkan anggota-anggota tubuh, sesuai dengan prosedur yang tepat. Kata kerja operasional yang merupakan tingkah laku pada tingkat gerakan terbiasa adalah membangun, melaksanakan, menggunakan, menangani. menyusun, memperbaiki, dan sebagainya.
e. Gerakan kompleks
Tingkah laku pada tingkat gerakan kompleks ini mencakup kemampuan untuk melaksanakan keterampilan. yang terdiri atas beberapa komponen dengan lancar, tepat dan etisien. Kemampuan ini dinyatakan dalam suatu rangkaian perbuatan yang beruntun dan menggabungkan beberapa sub atau bagian keterampilan menjadi satu kesatuan menghubungkan beberapa sub dari bagian keterampilan menjadi satu kesatuan gerak-gerik yang teratur. Kata kerja operasional yang merupakan tingkah laku pada tingkat gerakan kompleks adalah membangun, melaksanakan, menggunakan, dan sebagainya.
f. Penyesuaian pola gerakan
Tingkah laku pada tingkat penyesuaian pola gerakan ini mencakup kemampuan untuk mengadakan perubahan dan menyesuaikan pola gerak-gerik dengan kondisi setempat atau dengan persyaratan khusus yang berlaku. Kemampuan ini dinyatakan dalam menunjukkan suatu taraf keterampilan yang telah mencapai kemahiran. Kata kerja operasional yang merupakan tingkah laku pada tingkat penyesuaian pola gerakan adalah mengatur kembali, mengubah, membuat variasi, mengadaptasikan, dan sebagainya.
g. Kreativitas
Tingkah laku pada tingkat kreativitas ini mencakup kemampuan untuk melahirkan pola gerak-gerik yang baru, seluruhnya atas dasar prakarsa dan inisiatif sendiri. Kemampuan ini dinyatakan dengan menunjukkan ketrampilan tinggi dan berani berfikir kreatif, sehingga dicapai kesempurnaan keterampilan ini. Kata kerja operasional yang merupakan tingkah laku tingkat kreativitas adalah mendesain, merencanakan, merancang, dan sebagainya.

Sumber: Drs. Ign. Masidjo. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa Di Sekolah. Yogyakarta: Kanisius (Halaman 92-97)

Jumat, 19 November 2010

SYAMSI SITE, Widyaiswara: Sejarah Perkembangan Manajemen Mutu

SYAMSI SITE, Widyaiswara: Sejarah Perkembangan Manajemen Mutu: "SEJARAH PERKEMBANGAN MANAJEMEN MUTU oleh : Syamsi Hadi, SKM, M.Kes, MBA Proses perkembangan menuju era mutu merupakan proses yang cukup panj..."

Sejarah Perkembangan Manajemen Mutu

SEJARAH PERKEMBANGAN MANAJEMEN MUTU
oleh : Syamsi Hadi, SKM, M.Kes, MBA
Proses perkembangan menuju era mutu merupakan proses yang cukup panjang dengan melewati berbagai pengalaman dan pendekatan metode yang bermacam-macam. Perkembangan mutu yang terjadi tidak lepas dari awal perubahan era menuju era industri dimana mulai dipergunakannya mesin-mesin untuk membantu proses produksi. Secara garis besar perkembangan atau evalusi mutu adalah sebagai berikut:
- era tanpa mutu
- era inpeksi
- era pengendalian mutu
- era jaminan mutu
- era manajemen mutu terpadu
- era Sistem Manajemen Mutu (ISO)

A. Era tanpa mutu
Merupakan era dimana persaingan belum terjadi oleh karena produsen atau pemberi pelayanan belum banyak, sehingga pelanggan pun belum diberi kesempatan untuk memilih. Hal ini terjadi pula pada organisasi pemberi pelayanan publik. Pada lembaga pelayanan publik yang dikelola oleh pemerintah, masyarakat sebagai pelanggan tidak diberikan hak untuk menuntut mutu pelayanan yang lebih baik atau yang diharapkan. Keadaan ini menyebabkan mutu pelayanan organisasi publik belum menjadi penilaian pengguna hanya mengutamakan yang penting ada dan dapat dipergunakan saja.
B. Era Inspeksi
Era ini dimulai oleh perusahaan – perusahaan yang memproduksi barang, hal ini terjadi karena mulai adanya persaingan antar produsen. Dengan demikian tiap perusahaan mulai melakukan pengawasan terhadap produknya. Pada era ini juga mulai dilakukan pemilahan mutu barang yang dilakukan melalui inspeksi. Namun mutu produk hanya pada atribut yang melekat pada produk. Oleh karena itu mutu hanya dipandang produk yang rusak, cacat atau hanya pada penyimpangan dari atribut yang sehartusnya melekat pada produk tersebut. Era ini menekankan pada deteksi masalah, keseragaman produk serta pengukuran dengan alat ukur yang dilaukan oleh yang berfungsi menginpeksi Fokus perusahaan terhadap mutu belum besar dan terbatas pada produk akhir yaitu dilihat yang cacat atau rusak yang dibuang sedang yang baik yang dilepas ke konsumen.
Era inspeksi ditandai dengan perhatian yang rendah dari pihak manajemen terhadap mutu produk. Tanggung jawab terhadap mutu produk didelegasikan pada departemen inspeksi yang bertugas hanya pada pendeteksian dan penyisihan produk yang tidak memnuhi sysrat kualitas dari produk yang baik. Pada era ini belum ada perhatian terhadap kualitas proses dan sistem untuk merealisasikan produk tersebut.

C. Era Pengendalian Mutu
Era Pengendalian Mutu dimulai sekitar tahun 1930 an. Era ini disebut juga era stastical control, yang lebih menekankan pada pengendalian, keseragaman produk dan pengurangan aktivitas inspeksi serta dilakukan Departemen Teknis dan Departemen Inspeksi. Pada era ini pula diperkenalkan pandangan baru terhadap konsep Walter A Shewart, .Menurut pandangan ini mutu produk merupakan serangkaian karakteristik yang melekat pada produk yang dapat diukur secara kuantitatif.
Di Era statitical quality control atau jaman pengendalian mutu, manajemen telah mulai memperhatikan pentingnya pendeteksian yaitu dengan cara departemen inspeksi sudah mulai dilengkapi dengan alat dan metode statistik di dalam mendeteksi penyimpangan yang terjadi dalam atribut produk yang dihasilkan dari proses produksi. Terdapat perubahan dalam penanganan mutu produk yaitu hasil detetksi yang secara statistikal dari penyimpangann mulai dipergunakan oleh departemen produksi untuk memperbaiki proses dan sistem produksi

D. Era Jaminan Mutu (Quality assurance)
Era jaminan mutu ini dimulai pada sekitar tahun 1960-an yang menekankan pada koordinasi, pemecahan masalah secara proaktif.. Pada era ini mulai dikenal adanya konsep total Quality Control (TQC) yang diperekenalkan oleh Armand F pada tahun 1950.
Jaminan mutu merupakan seluruh perencanaan dan kegiatan sistimatik yang diperlukan untuk memberikan suatu keyakinan yang memadai bahwa suatu barang atau jasa dapat memenuhi persyaratan mutu. Jaminan mutu merupakan bagian dari manajemen mutu yang difokuskan pada peningkatan kemampuan untuk memenuhi persyaratan mutu.
Oleh karena itu jaminan mutu dilaksanakan secara berkesinambungan sistimatis, objektif dan terpadu dalam menetapkan masalah dan penyebab, masalah mutu pelayanan berdasarkan standar yang telah ditetpakan dan selanjutnya menetapkan serta melaksanakan cara penyelesaian masalah sesuai dengan kemampuan yang tersedia, menilai hasil yang dicapai dan menyusun saran tindak lanjut untuj lebih meningkatkan mutu pelayanan. (Azwar, 200) .
Sejak era inilah peran manajemen mulai diperhitungkan untuk terlibat dalam penentuan dan penanganan mutu produk. Selain itu dalam era jaminan mutu ini pula mulai diterapkan bukan hanya pada industri manufaktur, tetapi juga pada industri jasa.
Di Indonesia era ini berkembang ditandai dengan dibentuknya Gugus Kendali Mutu (GKM) di masing - masing bagian atau divisi pada setiap organisasi. Kegiatan GKM ini diprakarsai oleh Departemen Perindustrian dan Departemen Tenaga Kerja, kemudian diikuti oleh Departemen Kesehatan dan Departemen Lainnya. Pada era ini GKM digalakkan bukan hanya secara parsial, tetapi lebih bersifat nasional. Hal ini terlihat dengan dilakukannya konvensi GKM tingkat kabupaten, tingkat provinsi dan tingkat nasional.
Menyimak konsep era Statistical Control ini dapat diterapkan tidak hanya pada parusahaan manufaktur, maka sejak era ini pula Manajemen Mutu mulai diterapkan pada organisasi non barang atau organisasi jasa, seperti pada Rumah Sakit, Puskesmas dan organisasi jasa lainnya.

E. Era Management Mutu Terpadu atau Total Quality Management
Total Quality Management (TQM) dimulai pada tahun 1980 – an, era ini menekankan pada manajemen stratejik. TQM merupakan suatu sistem yang berfokus kepada orang yang bertujuan untuk meningkatkan secara berkesinambungan kepuasan pelanggan pada titik penekanan biaya agar sama dengan biaya yang sesungguhnya untuk menghasilkan dan memberikan pelayanan. TQM juga sebuah upaya untuk mencapai keunggulan kompetitif serta mengutamakan kebutuhan pasar dan konsumen yang dilakukan oleh setiap orang dalam organisasi dengan leadership yang kuat dari pimpinan.
Management mutu terpadu atau Total Quality Management disebut pula Continous Quality Improvemnt (CQI). Total Quality yang berarti komitmen dan pendekatan yang digunakan secara terus menerus untuk meningkatkan setiap proses pada setiap bagian organisasi. Kegiatan tersebut bertujuan untuk memenuhi bahkan melampui harapan dan outcome dari customer.
Tujuan dari diterapkan TQM perlu adanya perubahan budaya serta komitmen dari seluruh jajaran mulai pimpinan puncak sampai level terbawah. Agar TQM dapat berkelanjutan maka organisasi harus didukung oleh budaya yang mendukung yang menekankan pada kerja kelompok, pemberdayaan dan partisipasi karyawan, peningkatan terus menerus fokus pada pelanggan serta kepemimpinan yang tepat. Prinsip TQM secara keseluruhan proses produk maka titik beratnya pada penanganan kualitas pada seluruh aspek organisasi (gambar )

F. Era Sitem Manajemen Mutu
Era ini dimulai pada sekitar tahun 1943 yaitu pada masa perang dunia II, dimana sekutu mulai mengalami kesulitan dalam mendapatkan bahan peledak Hal ini terkait dengan mutu bahan peledak untuk keperluan militer terutama oleh pasukan Inggris. Berdasarkan keadaan tersebut pihak militer Inggris mengembangkan serangkaian standar yang secara umum dapat menunjukkan kemampuan suatu perusahaan dalam menyediakan produk bermutu tinggi serta konsisten bagi kepentingan bahan militer .
Pada akhir tahun 1960, disusun standar sistem mutu AQAP (Allied Quality Assurance Publicators) yaitu pengembangan standar yang sudah ada sebagai sistem kendali dengan tujuan utamanya adalah untuk mengendalikan pemasok dalam pemenuhan persyaratan.
Pada tahun 1979 anggota ISO untuk Inggris yaitu Britihs Standard Institute, menyerahkan proposal kepada ISO agar dibentuk suatu komite teknis baru untuk menyiapkan standar internasional yang berkaitan dengan teknik dan praktik penjaminan mutu, maka dibentuklah komite teknis baru dengan nomor ISO/TC 176. Sebagai hasil kerja ISO/TC 176, pada tahun 1987 dipublikasikan seri standar ISO 9000 yaitu sistem manajemen mutu yang merangkum sebagian besar standar sebelumnya disamping peningkatan dan penjelasan standar baru.

Senin, 30 Agustus 2010

daftar isi Modul SPM

Halaman

BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Deskripsi Singkat Modul 2
C. Manfaat Modul 4
D. Tujuan Pembelajaran 4
E. Materi Pokok 5
F. Petunjuk penggunaan modul 6
G. Metode Pembelajaran 7
H. Alat Bantu 7
I. Alokasi Waktu 7

BAB II PENGERTIAN STANDAR PELAYANAN 8
A. Pengertian Pelayanan Prima 9
B. Standar Pelayanan 13
C. Ptandar Pelayanan Minimal 14
D. Hubungan antara pelayanan prima, dan SPM 17
E. Rangkuman 23
F. Latihan 24
G. Tes Formatif 28

BAB III SPM sebagai kegijakan peningkatan mutu pelayanan 32
A. Kedudukan Standapelayanan Minimal dalam manajemen
Pelayanan Publik 32
B. Pelayanan Dasar yang di SPMkan 36
C. Rangkuman 45
D. Latihan 45
E. Tes Formatif 48

BAB IV PENERAPAN SPM DI KABUPATEN / KOTA 51
A. Dasar penerapan SPM 51
B. Kerangka Kerja penerapan SPM 53
C. Mekanisme dan koordinasi penerapan SPM 60
D. Pelaksanaan penerapan SPM 66
E. Rangkuman 76
F. Latihan 76
G. Tes Formatif 79

BAB V MONITORING DAN PENGENDALIAN 82
A. Monitoring 82
B. Pengendalian 83
C. Rangkuman 85
D. Latihan 86
E. Tes Formatif 87

Daftar Pustaka 89

LAMPIRAN :
Contoh Standar Pelayayanan Minimal 91

STANDAR PELAYANAN MINIMAL

anda butuh materi quality management, seperti pelayanan prima, Standar Pelayanan Minimal dll dalam bentuk MS Word maupun ppt. hubungi via blog ini

Jumat, 27 Agustus 2010

bulan puasa bagi widyaiswara

bagi sebagian besar widyaiswara, bulan puasa benar - benar memberi makna tersendiri. karena pada bulan ini hampir seluruh WI mangkal alias istieahat karena tidak ada tugas. dengan demikian diharapkan WI benar - benar dapat menunaikan ibadah puasa dengan khusuk.